Rabu, 18 Juli 2012

Arti Ketulusan (?)

Malam ini terlintas pentanyaan di kepalaku "Apakah arti ketulusan?". Sebetulnya dalam hati mungkin kita bisa membedakan sikap kita tulus atau tidak terhadap orang di sekitar kita, namun saya masih naif untuk membedakan mana orang yang tulus mana yang bukan. Atau mana yang tulus mana yang sekedar memanfaatkan diri kita untuk kepuasan pribadinya. Lalu sepertinya saya harus mengenal batasan tulus itu sampai sejauh mana untuk mengenalinya.
Nah, ketidaktahuan seperti ini yang hanya akan menyesatkan pilihan yang kita buat. Salah pilih, salah melangkah. Dalam setiap hubungan setiap orang menginginkan ketulusan. Banyak yang menuntut ketulusan dari dengan menguji hati bahkan terkadang mempermainkan perasaan orang lain. Misalnya saja ketika seorang wanita didekati oleh pria (atau sebaliknya), salah satu pihak cenderung terus mencari-cari ketulusan dari lainnya. Tapi apakah diri ini sendiri sudah tulus? Atau hanya sekedar menerima apa yang ada untuk menghindari konflik? Sepertinya malam ini saya belum bisa menjawab pertanyaan ini.

(Efek nonton film serial Korea. Kalau ngawur, mohon diabaikan :D )

Tentang Rindu

Rindu itu selalu ada untuk kalian. Tapi karena adanya kerja antagonis dari nervus parasimpatis-simpatis sehingga seakan saya pun tak merindu. Hanya rasa pilu dan air mata yang menetes tanpa sadar yang bisa menjawab keraguan itu itupun jika kalian bisa merasakannya. Tidak bisa juga saya pungkiri bahwa sebagai manusia biasa tidak setiap detik saya tersiksa oleh rindu itu.

Karena rindu itu saya simpan di lubuk hati dan dibentengi dengan tembok tebal hingga tak terlihat. Itu semua saya simpan secara hati-hati karena saya tidak akan membiarkan diri saya terlarut lagi. Itu semua karena saya tahu betapa kecewanya dirimu dan diriku ketika kita terjebak dalam kesalahan. Itu semua karena kita harus melanjutkan hidup. Tidak peduli betapa perihnya rindu itu menyayat, kita harus terus maju.

Saya akan terus mengenal watakmu kapanpun itu seperti kamu seharusnya mengenal saya. Meski jarak memisahkan, meski tidak ada lagi lisan terucap, dan meski apapun itu saya tetap berdoa untukmu. Karena saya tidak bermaksud meninggalkanmu sama seperti kamu juga tidak. Mungkin kita sekarang cuma mengambil jalan masing-masing.

Live your life well, bbf :')

Sabtu, 07 Juli 2012

Alhamdulillah, KKN minggu ketiga :D

Ini sudah minggu ketiga Kuliah kerja Nyata (KKN) ang. 82 Unhas dan saya  masih belum measakan kerepotan dan segala hal tidak menyenangkan lainnya selain sinyal yang hilang timbul. Belum ada masalah seperti ini yang membuat saya lebih cemas. Seakan-akan sedetik kemudian akan ada masalah. Ya, saya akui tetap ada masalah dalam kehidupanku beberapa minggu ini tapi bukan berasal dari KKN beserta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sepertinya KKN adalah liburan, pembersihan jiwa, maupun terapi kedamaian buat saya.
Alhamdulillah, tidak ada hal yang bisa saya komplain mengenai posko Botto dan orang-orang hebat di dalamnya. Semua serasa begitu pas. Sudah lama saya tidak setentram ini. Jauh dari kesibukan, masalah, dan akhirnya saya punya waktu untuk berlibur. Saya akhirnya punya waktu untuk berkutat di dapur meskipun itu hanya untuk masakan siap olah, bermain dengan anak-anak pemilik rumah dan tentu saja berbagi dengan sepuluh pejuang kkn posto Botto lainnya. Ketentraman seperti ini seperti hadiah yang menyenangkan :)
Sejauh ini kegiatanku hanya jadi anak rumahan di posko. Menjalankan program kerja dan persiapannya secara bersama-sama yang memang sepertinya agak ribet utuk posko yang terletak di daerah 'kota'. Mandi pun dijadwal karena terkadang air tidak mengalir sementara kita harus menghemat air bak sampai hari berikutnya. Berkumpul di depan TV dan bisa dikatakan lebih fokus saat CTM (curhat time) daripada rapat posko adaah kegiatan avorit posko.  Walau hanya sekedar menonton deretan film bersama-sama dan bermacam kegiatan 'quality time' ! Oh iya, tidak lupa juga menjadwalkan sederet acara liburan yang terhalangi karena hujan deras akhir-akhir ini.
Mungkin karena saya sudah demisioner dari segala kegiatan di kampus, KKN terasa sangat damai dari beban kegiatan di Makassar kecuali OSCE. Banyak juga masalah yang baru saya ketahui saat di posko dan mungkin itu juga jalan Allah untuk menjauhkan saya dari faktor stress dan saya menganggap itu adalah cara Allah menyayangi saya. Terlebih, mempertemukan saya dengan empat abang dan enam saudari yang sedikit demi sedikit membuat saya kerasan di posko ketimbang di Makassar. X))