tag:blogger.com,1999:blog-36619200478407830392024-03-13T10:03:57.410+08:00Dini's Cup Cakehaving my cake and eating it too..Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.comBlogger113125tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-21005081981328868572016-02-15T22:56:00.001+08:002016-07-18T15:22:38.600+08:00Heartbreaking.<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
And it happened again . Drama. I never intended to make - another drama. Because it is not easily resolved . And it’s heartbreaking . The worst point is that every time I get sad, I came back to remember all the good memories I have. I remember you :(</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I think I 've lost my memory about you . The truth is you are the missing piece of my happiness . Being with you is irrational . Dream. Sweet little dreams . I'm afraid to wake up and realize that you're not real to me . You said I would go back to my consciousness and leave you behind . But for me, there is no such thing as a future for me as long as you do not exist . You might think I'm over - exaggeration to say that. But , It's been years and I don't feel okay .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
It wasn’t always clear, there were also shadows . But it all seemed so right when we were together.</div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-15544282580183477982015-03-18T11:08:00.001+08:002016-02-16T08:24:27.804+08:00Seputar Lanjut Sekolah<div style="text-align: justify;">
Heiho! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dokter maupun calon dokter pasti pernah ditodong dengan pertanyaan "jadi mau lanjut spesialis apa, dok?". Lalu tiba-tiba tergalau sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang preklinik maupun coass, pertanyaan mau lanjut apa dan peranakannya memang momok bagi saya. Kenapa? Ya karena lanjut spesialis itu butuh biaya, pengertian dan dukungan dari keluarga, pemikiran yang matang terutama "hitung-hitungan-masa depan". Istilahnya bukan perkara yang sembarangan comot. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mari berandai: seandainya premis awal yaitu umur, dukungngan, biaya dan kesempatan terpenuhi, mau pikir apa lagi? Ya tentunya spesialisasi apa. Pikiran pertama, ya lahan yang digemari. Lha? Hampir semua cabang ilmu saya sukai (ok, mari kita tutup mata dan pasrah pada sub immunologi yang ribet, hehe). Oke maju ke topik kuliah yang membuat jatuh cinta pada kedokteran. Kalau saya, ya Onkologi. Masalahnya onkologi sekarang sudah menjadi subspesialisasi di tiap bagian. (Oke, mari tambah bingung).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, pasien-yg-diharapkan. Oke, saya tidak berharap ada orang yang sakit ya, justru saya paling tidak berharap bertemu dengan pasien anak dan manula. Alasannya simple: siapa yang tega melihat 'mereka' sakit. Tapi, setelah akhirnya (tersadarkan) mengurus Alm. Nenek Nun, saya baru sadar dokter yang fokus ke geriatri masih sedikit di Makassar. Tidak jarang ketemu pasien geriatri, tidak lama saya malah nangis di pojokan (harap maklum, masih berduka). Selain itu, makin ke sini, kesempatan jadi asisten dokter spesialis justru kebanyakan dapat kasus anak. Rencana Allah memang hebat ya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu malam keluarga pasien berkata "Dok, masuk Anak aja dok" lalu dengan cepat "Hmm, sepertinya tidak Bu". Am I the only one who said like that? Yah, saya masih cemen untuk ambil resiko itu, meskipun cuma rencana, haha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, prospek ke depan. Tidak munafik, semua pekerjaan selayaknya bisa memberikan penghidupan yang 'dianggap' sesuai. Cabang ilmu yang ini berkembang tidak di masa depan? Diperlukan masyarakat tidak? Nah, kalau jadi spesialis mau tinggal dimana? Di kota A, dokter spesialis XX, YY sudah ada. Terus? Kalaupun dipaksakan di kota A, bergantung lagi dari kelebihan jasa yang ditawarkan supaya bisa tetap dianggar. Misalnya keramahan, tempat praktek yang strategis, obat murah, obat mujarab, dan perakannya yang tentu saja membutuhkan reputasi, relasi, dan pengalaman yang mesti digali dulu. Hal ini mungkin butuh waktu bertahun-tahun. Yah, saya berharapnya sih, suatu hari nanti saya punya pasien "fanatik". Sekarang kalau ditungguin datang sama pasien saja, serasa mau kasih kue ke pasiennya saking saya merasa terharu, hehehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhir kata, saya masih bingung. Apalagi premis awal belum terpenuhi, hehe. Namanya juga anak muda (?) Jalani saja dulu~ </div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-84262507043069364312015-03-18T11:06:00.003+08:002016-02-16T08:25:17.869+08:00Jumlah Anak (?)<div style="text-align: justify;">
Saya ingin punya anak tiga. Itu kataku. Lalu entah apa memang benar sengaja ingin menyulut pertengkaran, kamu katakan hanya ingin satu anak saja. Kamu tak ingin berbagi diriku dengan banyak anak, itu alasanmu. Lalu saat itu, menurutku kamu egois.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mudah saja saya menyebut jumlah anak. Saya belum berpikir sejauh itu. Sebatas ingin, tapi tidak ada rencana lebih. Pikirku akan ramai bila jumlahnya segitu. Saya tidak akan kesepian. Belum terpikir biaya dan bagaimana cara saya membesarkan anak sebanyak itu. Pikiran saya masih dangkal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupanya punya anak tidak segampang itu. Ribet urusannya. Belum hadir saja sudah jadi buah bibir mengapa belum hadir. Padahal kalau sudah hadir, belum tentu bisa diurus. Belum lagi masalah pendidikan dan biaya lainnya, ribet. Sepertinya memang mimpi saya tidak realistis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau begitu mari berandai anak kita satu. Kali ini biarkan saya berharap itu anak lelaki. Biarkan saya sedikit cerewet dengan anak kita kelak. Toh cinta untuk tiga anak dipadatkan untuk satu. Saya berjanji akan terus berupaya agar keluarga kita kokoh dan berbahagia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalahnya sekarang, hidup masih menawarkan banyak kemungkinan. Mungkin saja tidak akan ada anak kita. Mungkin kita akan membangun keluarga dengan orang lain. Memiliki anak yang wajahnya tentu bukan perpaduan saya dan kamu. Atau mungkin bahkan tak punya anak, bahkan melajang seumur hidup. Semoga tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya saya mengerti. Saya yang egois. Ini bukan masalah jumlah. Saya hanya ingin membina keluarga denganmu. Selanjutnya, saya pasrahkan.</div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-2572500202151166092014-12-29T01:34:00.000+08:002016-02-16T08:26:00.837+08:00Penasaran<div style="text-align: justify;">
Saya tahu kamu masih hidup, makanya saya tidak menghubungimu. Tapi saya penasaran, bagaimana kamu hidup tanpaku? Bagaimana hidupmu memang bukan urusanku lagi, harusnya bukan hal yang harus saya khawatirkan. Tapi... :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya juga melanjutkan hidup tanpamu. Entah menurut pendapatmu ataupun mereka usahaku berhasil apa tidak. Tapi saya masih hidup dan melakukan hal-hal yang saya anggap baik. Walaupun dulu saya pernah merasa tak bisa hidup tanpamu, buktinya saya masih bisa bernapas, kok. Kamu pasti juga begitu ya? Hehehe</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perlu saya akui kadang saya masih penasaran dengan hidupmu. Maafkan saya bila itu mengganggu. Entah saya masih sayang atau hanya kekurangan bahan untuk dipikirkan. Tenang saja, saya berusaha untuk menekan rasa penasaran saya. Tidak perlu kegeeran saya stalking, saya tidak sealay itu, haha. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kadang ketika saya melewati sesuatu, saya terbawa memori kita. Sedihnya karena itu sekedar kenangan. Senangnya karena ternyata masih ada hal yang baik yang bisa saya kenang tentangmu. Ya, saya inginnya hanya mengenang yang baik-baik saja</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam ini mari kita berdoa, untuk didekatkan bila kita berjodoh, atau dipisahkan tanpa ada rasa penasaran lagi. Kalau bisa memilih kamu pilih yang mana?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau pilihanku? Sepertinya masih kamu :p</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bercanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya juga masih penasaran dengan hati saya, haha</div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-87717405466951570322014-07-26T17:42:00.002+08:002015-03-31T21:17:36.063+08:00Musuh Dini Musuh<div style="text-align: justify;">
Beberapa teman bertanya "Din, banyaknya musuhmu di'?". Kalau dikonfirmasi seperti ini saya juga bingung sendiri. Musuh seperti apa maksudnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu saya teringat. Oh, mungkin maksudnya orang yang tidak menyukai saya. Ya kalau dipikir-pikir sedih juga ada yg tidak senang dengan kita. Padahal saya sama sekali tidak pernah bermaksud jahat pada siapa pun. Dan saya tidak sedang (Alhamdulillah) membenci siapapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bertindak baik ke orang pun tidak jarang ada saja yang terlewatkan. Itu karena tidak mungkin kita bisa membahagiakan semua orang. Dan kecewa yang muncul dari orang lain yang terlewatkan itulah asal mula permusuhan. Tapi bukankah munafik bila kita berpura-pura baik atau perhatian terhadap orang lain? Jadi kalau ada yang kecewa ya mohon maaf saya pribadi tidak seperti apa yang mereka harapkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi kalau ditelaah lagi, lebih banyak orang baik dalam hidup saya. Dan untuk itu saya bersyukur kepada Allah karena saya tidak diperlakukan selayaknya musuh-Nya. Cinta-Nya selalu menyertai saya melalui orang-orang baik itu. Lantas kenapa saya mesti terus bersedih meratapi 'musuh' saya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya ingat seorang ulama pernah berceramah tentang kesabaran menghadapi musuh. Katanya, jangan merasa terbebani untuk sabar menghadapi musuh. Anggap saja sebagai ladang amal. Asal kita sabar dan tidak membalas dendam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi kalau ada lagi yang bertanya "bagaimana hubunganmu dengan musuhmu?", saya akan menjawab "Musuh? Saya tidak merasa tuh punya. Tapi kalau ladang amal, ada, selama saya sabar. Mohon doanya" :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-89253671698332232862014-07-26T17:40:00.002+08:002016-07-18T16:46:19.915+08:00Sahur tanpa MamaMama, hari ini saya telah berburuk sangka. Saya kira hari ini akan buruk, tidak menyenangkan. Beribu rasa curiga muncul, dan membuat hati tak ikhlas.<br />
Mama, terima kasih engkau telah membesarkan hatiku. Tanpamu saya sulit untuk mengikhlaskan apa yg kujalani saat ini. Ternyata benar, selalu ada berkah di ujung doamu.<br />
Mama, berat rasanya tidak makan sahur denganmu hari ini. Tapi Alhamdulillah, ada saja rezeki berkat doamu.Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-31106999732375125902014-07-26T17:38:00.005+08:002015-03-31T21:17:55.980+08:00Malam itu<div style="text-align: justify;">
Malam itu dengan segala sikap dan tindak tandukmu, kau menghancurkan hatinya. Menghindar, menepis kehadirannya, menjadikannya orang asing. Orang yang tak tahu akhirnya pun akan tahu bahwa kisah kalian sudah usai. Meski coba tutupi, sikapmu sudah membongkar semuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu anehnya dirinya tak sedih. Tak juga ingin menangisi sikapmu. Karena dia tahu yang tadi itu bukan dirimu. Dirimu sungguh pribadi yang penyayang, bukan penghancur hati. Atau karena dia tak berharap apapun. Dia mengira reaksimu jauh lebih buruk daripada yang tadi kamu perlihatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu ketika kesepian sudah menyapa, kesedihan pun menggoda dan membuat matanya perih. Seperti ingin menangis. Tangisan yang sedari tadi coba dia tahan. Tapi tak jadi. Setelah dia membaca pesanmu. Entah kenapa engkau selalu datang memercikkan harapan tepat sebelum terucap kata menyerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu dia masih setia menunggumu menjemputnya.</div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-89192204406909999322014-07-26T17:36:00.001+08:002015-03-31T21:18:34.518+08:00Menyerah (?)<div style="text-align: justify;">
Dan disinilah dia, di kamar. Merenung. Terisak. Berlinangan air mata untuk hal yang sama meski pemeran utamanya berganti: putus harapan. Dia mengira rasanya akan beda atau sedikit lebih kebal bila pemeran utamanya berbeda. Ternyata tidak. Justru membawa rasa takut hal ini akan berakhir sama dengan cerita lalu. Ya, menyerah pada harapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dulu rasanya seperti satu per satu orang yang dia sayangi direnggut dari sini. Sehingga merelakan ialah suatu keputusasaan akan hari dimana matahari bersinar cerah setelah badai berkepanjangan. Lalu tak lama, raganya seperti ada di tengah lautan luas. Tercebur dalam kegamangngan. Tapi tak lama ada cahaya yang menjadi penuntun untuk kembali menapak di tanah. Dan dia bahagia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kini sederhana rupanya tidak cukup lagi. Rasanya aneh bila mengatakan tidak ada yang salah tetapi situasi dan sikap telah berubah. Mengapa bisa terjadi? Sang cahaya mengatakan untuk beristirahat sejenak selagi menata kehidupan. Tak bisa masuk akalnya bagaimana bisa perasaan itu sekedar istirahat? Tidakkah sebelumnya sudah berniat untuk menata kehidupan secara bersama?</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam ini semua kenangan manis terulang kembali. Rasanya tak mungkin baginya bisa menepis dan mulai fokus dengan hal lain. Semua kenangan itu terulang dan membuat hati ini semakin hancur. Seakan akan ada yang segera mengatakan: "menyerahlah".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div>
<br /></div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-10185388953554786102014-01-19T17:44:00.000+08:002014-01-19T17:44:02.144+08:00Rasa itu<div style="text-align: justify;">
Rasa itu kembali muncul belakangan ini. Sulit untuk mendeskripsikanmya
secara tepat. Yap, seperti percampuran kesedihan, kesendirian,
kebimbangan, dan ketidakpuasan yang ada pada satu lubang besar. Entah
apa penyebabnya dan entah apa solusi untuk menghilangkan rasa itu.<br />
Ada yang pernah bilang, lakukan hal yang berbeda dan mulailah hidup
baru. Tapi apa? Apa yang bisa diharapkan berbeda dari kehidupan yang
terjadwal dengan rapi? Nonton tv? Film? Liburan? Tak ada gunanya bila tak ada
teman yang menemani. Semua mendadak tidak menarik lagi tanpa dia yang
bisa mengerti tentang rasa itu. Lalu dimana dia?<br />
Tapi ini bukan karena dia, ini murni karena ada sesuatu yang salah pada
jiwa ini. Masalahnya, entah apa itu. Seperti ada kerinduan yang tertuju
pada sesuatu yang tersembunyi yang turut memperparah lubang besar itu.
Seakan tidak lama lagi jiwa ini akan terjatuh ke sana dan tidak ada yang
bisa dilakukan. Seolah-olah semua rencana akan gagal, semuanya tak
tampak menarik untuk diperjuangkan.<br />
Mimpi pun tak berpihak padaku. Percikan antara ingatan dan fantasi yang
muncul sebagai pesan alam bawah sadar ini justru semakin membuat hati
ini bimbang. Tak jarang malah membangkitkan ingatan masa lalu tentang kesedihan yang sebenarnya tidak ingin diingat lagi. Mungkin, inilah rasa takut akan ketidakbahagiaan atau saya hanya terjebak dalam kebimbangan semu. Semoga.</div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-85986636416282286552013-02-24T18:46:00.000+08:002015-03-31T21:19:02.433+08:00Sekedar MenjalaniTidak terasa saya sudah di minggu fase-renjatan Bagian Anak, minggu 10! Cerita lama tapi yup terjadi lagi: isi kepala serasa minggu awal. Serasa saya ini cuma sekedar menjalani saja. Tapi, patut disyukuri, minggu-minggu berat dapat terlewati. Setidaknya saya masih hidup *eh.<br />
Masih ada seminggu lagi sebelum ujian, dan semoga tangan ini berhenti mengetik lalu mulai mengambil diktat untuk belajar:)Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-74265604546956336382012-10-27T18:35:00.000+08:002012-10-27T18:39:25.854+08:00Rangkaian KataDan maafkan diri ini karena sudah berdosa terhadap perkembangan otak sendiri dalam merangkai kata dan mengekspresikan emosi. Belakangan ini saya sepertinya sudah jera dengan dunia maya dan sedang sangat menikmati realita yang ada di hadapanku. Memang benar, yang nyata lebih membahagiakan. Apa yang selama ini saya upayakan terwujud: lulus preklinik tepat waktu, menjalani dunia co-asst. dan ditemukan oleh lelaki yang kini saya upayakan untuk menjadi yang terakhir dan selamanya. Alhamdulillah :)Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-8041696048322895212012-08-18T15:56:00.002+08:002012-08-30T22:46:51.261+08:00Usai<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">Dan, begitulah. Telah selesai dan sempurnalah kisah seorang kakek dan cucunya. Kisah pendewasaan yang penuh liku-liku. Kisah tentang seorang gadis dengan harapan, pembelajaran, dan kesalahpahaman. Tentang usaha untuk menyamakan langkah dan memperbaiki diri agar pantas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">Hati ini mengaku sudah tak ada tersisa lagi, telah usai. Tapi ketika betul-betul telah sampai waktunya, pipi ini tetap basah. Seakan selama ini telah siap menunggu saat ini. Rasanya perih seperti ketika luka lama yang dicungkil dan diberi asam lagi. Ternyata memang ini saatnya.</span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">
</span><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;"></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">Sekarang hanya ada setitik kecil di hati yang meronta seakan masih percaya keajaiban itu ada. Lalu dimana tadi semua cerita untuk yang lain? Dimana dirimu? Gadis ini takut terlarut lagi. Semoga ini cuma efek kelegaan setelah sekian lama.</span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">Menatap ke cermin, masih tertempel memo kuning itu. Yah sudahlah, toh sudah berakhir. Saatnya melepaskan tempelan memo artinya :')</span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">
</span>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-33713590270646671932012-07-18T22:04:00.000+08:002015-03-31T21:19:21.065+08:00Arti Ketulusan (?)Malam ini terlintas pentanyaan di kepalaku "Apakah arti ketulusan?". Sebetulnya dalam hati mungkin kita bisa membedakan sikap kita tulus atau tidak terhadap orang di sekitar kita, namun saya masih naif untuk membedakan mana orang yang tulus mana yang bukan. Atau mana yang tulus mana yang sekedar memanfaatkan diri kita untuk kepuasan pribadinya. Lalu sepertinya saya harus mengenal batasan tulus itu sampai sejauh mana untuk mengenalinya.<br />
Nah, ketidaktahuan seperti ini yang hanya akan menyesatkan pilihan yang kita buat. Salah pilih, salah melangkah. Dalam setiap hubungan setiap orang menginginkan ketulusan. Banyak yang menuntut ketulusan dari dengan menguji hati bahkan terkadang mempermainkan perasaan orang lain. Misalnya saja ketika seorang wanita didekati oleh pria (atau sebaliknya), salah satu pihak cenderung terus mencari-cari ketulusan dari lainnya. Tapi apakah diri ini sendiri sudah tulus? Atau hanya sekedar menerima apa yang ada untuk menghindari konflik? Sepertinya malam ini saya belum bisa menjawab pertanyaan ini. <br />
<br />
(Efek nonton film serial Korea. Kalau ngawur, mohon diabaikan :D )Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-89223081982201341662012-07-18T20:57:00.002+08:002014-07-26T17:50:24.924+08:00Tentang RinduRindu itu selalu ada untuk kalian. Tapi karena adanya kerja antagonis
dari nervus parasimpatis-simpatis sehingga seakan saya pun tak merindu.
Hanya rasa pilu dan air mata yang menetes tanpa sadar yang bisa menjawab
keraguan itu itupun jika kalian bisa merasakannya. Tidak bisa juga saya
pungkiri bahwa sebagai manusia biasa tidak setiap detik saya tersiksa
oleh rindu itu. <br />
<br />
Karena rindu itu saya simpan di lubuk hati dan
dibentengi dengan tembok tebal hingga tak terlihat. Itu semua saya simpan secara hati-hati karena saya tidak akan membiarkan
diri saya terlarut lagi. Itu semua karena saya tahu betapa kecewanya
dirimu dan diriku ketika kita terjebak dalam kesalahan. Itu semua karena
kita harus melanjutkan hidup. Tidak peduli betapa perihnya rindu itu
menyayat, kita harus terus maju.<br />
<br />
Saya akan terus mengenal watakmu kapanpun itu seperti kamu seharusnya
mengenal saya. Meski jarak memisahkan, meski tidak ada lagi lisan
terucap, dan meski apapun itu saya tetap berdoa untukmu. Karena saya
tidak bermaksud meninggalkanmu sama seperti kamu juga tidak. Mungkin
kita sekarang cuma mengambil jalan masing-masing.<br />
<br />
Live your life well, bbf :')Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-78150904646012605612012-07-07T11:44:00.001+08:002012-07-07T12:32:45.946+08:00Alhamdulillah, KKN minggu ketiga :DIni sudah minggu ketiga Kuliah kerja Nyata (KKN) ang. 82 Unhas dan saya masih belum measakan kerepotan dan segala hal tidak menyenangkan lainnya selain sinyal yang hilang timbul. Belum ada masalah seperti ini yang membuat saya lebih cemas. Seakan-akan sedetik kemudian akan ada masalah. Ya, saya akui tetap ada masalah dalam kehidupanku beberapa minggu ini tapi bukan berasal dari KKN beserta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sepertinya KKN adalah liburan, pembersihan jiwa, maupun terapi kedamaian buat saya.<br />
Alhamdulillah, tidak ada hal yang bisa saya komplain mengenai posko Botto dan orang-orang hebat di dalamnya. Semua serasa begitu pas. Sudah lama saya tidak setentram ini. Jauh dari kesibukan, masalah, dan akhirnya saya punya waktu untuk berlibur. Saya akhirnya punya waktu untuk berkutat di dapur meskipun itu hanya untuk masakan siap olah, bermain dengan anak-anak pemilik rumah dan tentu saja berbagi dengan sepuluh pejuang kkn posto Botto lainnya. Ketentraman seperti ini seperti hadiah yang menyenangkan :)<br />
Sejauh ini kegiatanku hanya jadi anak rumahan di posko. Menjalankan program kerja dan persiapannya secara bersama-sama yang memang sepertinya agak ribet utuk posko yang terletak di daerah 'kota'. Mandi pun dijadwal karena terkadang air tidak mengalir sementara kita harus menghemat air bak sampai hari berikutnya. Berkumpul di depan TV dan bisa dikatakan lebih fokus saat CTM (curhat time) daripada rapat posko adaah kegiatan avorit posko. Walau hanya sekedar menonton deretan film bersama-sama dan bermacam kegiatan 'quality time' ! Oh iya, tidak lupa juga menjadwalkan sederet acara liburan yang terhalangi karena hujan deras akhir-akhir ini. <br />
Mungkin karena saya sudah demisioner dari segala kegiatan di kampus, KKN terasa sangat damai dari beban kegiatan di Makassar kecuali OSCE. Banyak juga masalah yang baru saya ketahui saat di posko dan mungkin itu juga jalan Allah untuk menjauhkan saya dari faktor stress dan saya menganggap itu adalah cara Allah menyayangi saya. Terlebih, mempertemukan saya dengan empat abang dan enam saudari yang sedikit demi sedikit membuat saya kerasan di posko ketimbang di Makassar. X))Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-65809127720938809442012-06-21T01:22:00.002+08:002012-07-07T12:36:29.199+08:00Random<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Random. begitu banyak hal ingin saya tuliskan tapi entah kenapa hilang ide begitu ada kesempatan. Mungkin karena terlalu banyak hal yang ingin saya ceritakan tapi masih acak di kepalaku sehingga pas keluar jadi macet seperti ini. Mungkin juga memang perasaan yang saya rasaka memang sedang aneh-anehnya jadi mood dan gaya penulisanku jadi semacam absurd, haha. Yah, banyak hal terjadi dan sepertinya saya sedang hilang arah.</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Semestinya saat ini saya sedang ada di Desa Botto, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng dan <span style="background-color: white;">sedang menjalankan tugas (ata</span><span style="background-color: white;">u mungkin liburan?) Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tapi, karena sedang UAS sehingga prodi PDU mendapat izin tinggal sampai Kamis di Makassar. Saya sangat berharap agar saya dapat menjalani KKN seperti liburan bersama 10 orang dari fakultas yang berbeda di suatu desa yang asri dan tentu saja sebagai penyemangat sebelum masa klinik dimulai. Saking semangatnya, pikiran saya pun mulai terpecah anatara UAS, persiapan KKN, dan tentu saja persiapan ujian OSCE yang nanti diadakan di pertengahan KKN. </span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Perasaan aneh malam ini agak aneh juga ya? Sebenarnya selain menunggu nilai semester ini diumumkan, OSCE, dan KKN tidak ada yang perlu saya khawatirkan. Alhamdulillah, saya sudah demisioner dari BEM dan komisariat begitupun di bagian Faal. Tapi mungkin memang sekarang saya jadi anak rumahan yang tidak ada kerjaan itu iya. Biasanya saya (sok) sibuk sampai bisa pulang larut malam sekarang cuma sejam-dua jam di kampus. Agak aneh tapi menyenangkan juga.</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Persiapan untuk 'liburan' sudah selesai sisa berangkat ke lokasi begitu UAS selesai, Tapi, berhubung Uni Putri akan wisuda (lebih tepatnya nanti pagi), keberangkatanku juga tertunda. Yah, tentu saja untuk ada di samping kakakku di hari bahagianya itu. Masih tersisa juga perasaan ingin menebus dosa akibat keegoisan diri ini pergi Baksosnas Palu sehingga pada ujungnya wisudanya tertunda karena tidak fokus mengerjakan skripsinya di tengah kondisi dimana nenek masuk ICU saat itu. Yup, It will be her big day and I'll be there for her no matter it takes~ tsahtsah!</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Semakin mendekati jadwal 'liburan', timeline dan recent updates BBM pun dibanjiri status tentang KKN. Nasihat yang paling sering saya dengar bukan tentang tips menyelesaikan tugas KKN tapi justru tentang cinta lokasi di KKN. Bahkan saat kelas pembekalan KKN pun cinlok dibahas di setiap sesi materi. Sepertinya banyak yang jadi korban sewaktu dulu, hhahaha. Orang yang paling ngotot ya, tentu saja Mama. Setiap hari kayak nya itu yang dimasukkan dalam wejangannya. Lengkap dengan promosi bahwa anak tehnik itu hebat blablabla terutama tehnik sipil. Yah, ujung-ujungnya promosi jurusannya Papa, hahahaha :D</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejauh ini, sepertinya calon teman seposko saya sangat menyenangkan. Begitupun dengan kondisi desa yang akan saya tempati. Paling tidak katanya desa saya dekat dengan mesjid raya Soppeng yang pernah saya kunjungi saat study tour SMA. Belum lagi ada info kalau di desaku ada Alfamidi dan pasar malam, hehe. kelihatannya 'liburan' ini akan berlangsung sukses. Semoga saja :)</div>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-88185900341978260822012-04-21T01:23:00.000+08:002012-04-21T02:27:16.642+08:00Praktikum PoA versus Macet<div style="text-align: justify;">
Apa kabar praktikum PoA? Saya masih dalam perjalanan menuju kampus di tengah kemacetan kota Makasar saat seharusnya saya harus ada untukmu di ruang kuliah Faal (RKF). Sebuah truk di jalur menuju kampus tercinta (antara Adipura dan jembatan Tallo) terparkir tidak berdaya memacetkan kota. Bukan, bahkan bisa dikatakan membuat kendaraan parkir, tak bergerak sama sekali dalam waktu yang cukup lama. Kota ini seperti 'salah penataan', sedikit saja terhambat sudah macet.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya saya sudah tahu kalau dari pagi ada macet karena ada truk yang (kabarnya) bannya pecah. Makanya saya sengaja ke kampus tidak terburu-buru, berharap macet sudah usai ketika saya berangkat. Paling tidak, bisa lewa tol. Tapi ternyata, maetnya belum juga selesai dan Mama tidak mau lewat tol. Alhasil dua jam terkatung-katung dalam macet dan dalam perasaan "bisa tidak ya, saya ikut praktikum setelah telat lebih dari satu jam?".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih menggalaukan lagi, sinyal di sekitaran Panaikkang sangat jelek. Saya tidak bisa memantau via recent update BBM info siapa saja yang telat atau apakah ada kemungkinan bisa ikut praktikum. Sekiran jam 11 akhirnya saya melewati truk 'biang'kerok' kemacetan pagi ini. Waktu itu sekitar tiga jam lebih sejak recent-update tentang macet dimulai, sekitar satu jam lebih dari jadwal praktikum PoA atau lebih tepatnya dua puluh menit sebelum praktikum berakhir. Eh, kenapa truk-biang-keroknya belum diderek, Pak Polisi? (-__-)a</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Macet mengajarkan saya banyak hal hari ini. Mungkin karena memang saya sedang sok puitis, sok dramatis, dan sok peka, saya menganggap fenomena macet itu seperti kehidupan. Kita menunggu giliran maju dan terkadang mengekor dengan mobil yang ada di depan mobil kita. Supaya bisa terus maju, kita harus punya strategi bertahan di lajur yang lebih lancar. Bisa saja kita pindah lajur ke kiri maupun ke kanan namun, kita harus ingat terkadang jalanan makin sempit dan bisa saja lajur kita terpaksa mengalah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mobil yang ada di depan kita bisa saja nantinya akan ada sejajar dengan kita maupun bisa di belakang kita, begitupun sebaliknya. Lebih mudah di belakang mobil yang sama ukurannya karena artinya mobil kita bisa melewati jalur yang mobil tadi lalui. Sebaliknya, berada diantara truk dengan lajur yang sempit adalah pilihan sulit. Terkadang kita memilih untuk tidak maju karena takut terhimpit. Semua ingin terus maju yang membedakan ialah kemampuan mengambil kesempatan. Sama seperti persaingan dalam kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melewati truk tadi, jalanan sangat lancar begitupun dengan recent-update BBM. Sempat terpikir tidak hanya saya yang telat, tapi melihat recent update yang tidak segalau dugaanku artinya prognosis buruk. Benar saja, sampai di kampus ternyata sisa 10 menit lagi praktikum selesai. Untung saja tadi saya cukup beruntung untuk lincah di saat yang tepat. Setelah praktikum rupanya tidak ada lagi kuliah. Artinya perjuangan saya untuk ke kampus demi 10 menit saja ? Sungguh tidak rela. X_X</div>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-11077219355179607122012-04-17T23:41:00.005+08:002012-06-21T00:31:00.562+08:00Mengitung Mundur<div style="text-align: justify;">
Mungkin terlalu cepat untuk menghitung mundur waktu lepas dari beberapa jabatan yang selama setahun belakangan ini mengoyakkan hidup saya. Ya, paling cepat sebulan lagi. Sebulan lagi saya akan lepas (paling tidak terbebas dari tanggung jawab sebagai pengurus) dari tiga amanah: BEM, HmI Kom. Kedokeran Unhas, dan tentunya jabatan asisten Faal FK Unhas. Ada kemungkinan sebelum saya menginjak umur 21 di akhir bulan Mei depan saya sudah terlepas dari semua itu. Ada kemungkinan saya sangat bersyukur dan ada kemungkinan saya akan sangat rapuh saat itu.<br />
<br />
Bisa dikatakan ketiga amanah itu sangat mempengaruhi hidup saya, baik sebelum akhirnya dipercaya maupun sampai sekarang. Ketika saya mengutak-atik laptop, saya menemukan banyak file kenangan bagaimana hidup saya terus berlanjut dari satu masa ke masa lain, dari satu kawan ke kawan lain. Sepertinya saya tidak memerlukan 'amnesia' seperti pemeran utama film "The Vow' untuk bingung mengapa hidup saya seperti ini sekarang jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya. Apa yang dulu saya pertahankan sekarang bukan prioritas lagi.<br />
<br />
Banyak hal yang tidak lagi saya paksakan, tapi tetap ada hal yang saya coba untuk selesaikan. Mungkin ini yang disebut psikologi-pengurus ya? Tapi tidak juga, setidaknya ini juga berpengaruh pada kehidupan sosial saya. Terkadang saya merasa menyesal dan ingin kembali ke masa-masa minimal sesaat saya ikut LKTM Ekonomi dulu. Banyak persimpangan yang saya lewati setelahnya dan keinginan untuk memutar balik sejujurnya sangat kuat. Tapi saya tahu bila diulangi sekali lagi mungkin hasilnya tetap sama. Apa yang tidak ditakdirkan ya tidak akan terjadi #eh<br />
<br />
Pelajaran penting yang saya dapatkan ialah jangan terlalu menggantungkan kebahagiaan terhadap sesuatu. Termasuk jangan terlalu berpegang teguh dengan apa yang orang lain janjikan. Sudah terlalu banyak pembuktian dalam setahun ini, banyak janji maupun pernyataan sikap orang sekitar saya yang bertolak belakang dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kalau diingat lagi, tetap ada perasaan mendongkol yang Alhamdulillah mulai menghilang ketika mengingat semua 'jebakan' yang telah saya lalui. Paling tidak sekarang saya bisa mengukur banyak hal.<br />
<br />
Saya mencoba konsisten dengan prinsip bila tidak suka diperlakukan seperti itu, maka jangan melakukannya. Selain tidak kontradiktif dengan hati, setidaknya tidak memperumit masalah. Saya tetap di sini, tidak menghilang kemana pun. Mungkin sekarang saya cuma butuh waktu untuk menerima transisi atas banyak hal. Hidup mungkin telah mengajak saya berpetualang, tapi saya tetap Dini. Setelah ini mungkin hidup saya akan sangat hampa tapi mungkin itu yang saya butuhkan saat ini. Tapi mungkin saja itu hanya untuk beberapa saat saja :)</div>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-16940165786558234552012-03-20T23:20:00.002+08:002012-06-21T00:29:53.548+08:00Akumulasi<div style="text-align: justify;">
Selamat datang, sistem Tumbuh Kembang dan Geriatri! Akhirnya ku menemukanmu, hehehe. Tidak terasa sudah mendekati akhir siklus preklinik dan harus berhadapan dengan sistem-sistem yang menakutkan menurut cerita senior-senior. Faktor pemicu stress juga sangat memuncak akhir-akhir ini. Mungkin sudah banyak yang jenuh dengan rutinitas preklinik. Semuanya sudah menuju titik akhir, menuju titik awal yang baru.<br />
<br />
Hari ini saya hanya bisa mengikuti satu topik kuliah saja. Harga BBM segera dinaikkan oleh Pemerintah yang tampaknya tidak peka melihat penolakan kebijakan tersebut memaksa mahasiswa dan beberapa organisasi lainnya untuk turun ke jalan alias melakukan unjuk rasa. Tentu saja sebagai orang yang entah-sering-dikandangkan-atau-memang-seharusnya ikut mendampingi bapak Ketua BEM Kema FK Unhas *tepuktangan3kali*. Untung saja kuliah yang tadi saya ikuti sangat menarik: Obesitas pada anak.<br />
<br />
Duduk di bangku belakang kini tidak lagi menghalangi kualias belajar di RKF. Sekarang sudah ada layar LCD di tengah ruanganterlebih ryan sang operaor kelas telah kembali kuliah di RKF #eh. Setelah saya pikir-pikir kuliah tadi sore menarik karena banyak hal, misalnya: dosennya adalah role-mode bagi saya, saya duduk di belakang namun di depan residen sehingga harus fokus, proyeksi LCD di belakang jauh lebih bagus daripada yang di depan, dan banyak statement yang 'jleb'.<br />
<blockquote>
<br />
Ketika input(makanan) lebih besar daripada output (energi yang dikeluarkan dalam beraktivitas), maka akan terjadi proses akumulasi yang akan menyebabkan obesitas</blockquote>
Kalimat ini sangat menjawab semua pertanyaan yang ada di kepala saya tentang banyak hal yang terjadi di sekeliling saya, baik itu masalah berat badan saya yang selalu mendekati interpretasi 'overweight', organisasi, keluarga dan pergaulan saya. Ya, akumulasi. Seperti materi kuliah yang saya ikuti: kita tidak sadar atau sebenarnya membiarkan atas dasar maklum sampai akhirnya <span style="font-style: italic;">healthy child</span> sudah menjadi <span style="font-style: italic;">adult-obese </span>yang susah ditangani.<br />
<br />
Menurut ilmu Onkologi yang insya Allah tetap saya cintai, akumulasi dari sel yang gagal untuk diatur akan menjadi tumor dan berlanjut ke fase-fase berikutnya. Bicara soal onkologi, tidak jarang saya mendengar nasihat orang tua untuk tidak memendam emosi maupun perasaan supaya tidak terkena kanker (menurut mitos menghindari kanker payudara). Salah satu caranya adalah tidak menyakiti diri sendiri. Tapi untuk saya, sangat sulit untuk membulatkan tekad untuk menhindari faktor pencetus sindrom-menyakiti-diri-sendiri. Tentu saja masalah yang datang terus mengakumulasikan perasaan yang tidak nyaman pada saya. Tentu saja ini adalah masalah, memang ini saat yang tepat untuk 'detox dini'.<br />
<br />
Setelah melakukan banyak pertimbangan baik itu timbang berat badan dan timbang perasaan, kali ini saya akan benar-benar serius dalam menjalankan niat-niat yang ada di kepalaku. Banyak hal yang harus dieksekusi mulai dari tanggung jawab, diet sehat, komitmen bagi diri sendiri dalam besosial-ria, dan tentu saja perbaikan diri. Sejauh ini semua program sedang saya jalankan dan Alhamdulillah sampai saat ini lebih bahagia dari sebelumnya dan lebih tentram. Semoga tekad kali ini tidak luntur, amiin O:)<br />
<br /></div>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-5100335886402817342011-12-20T23:55:00.002+08:002015-03-31T21:16:04.314+08:00Itu yang Disebut Romantis :*<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">Bersyukur.Itu mungkin kata yang terpikir oleh saya saat ini. Di tengah banyaknya masalah, saya merasa masih dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai saya. Terkadang ada masalah yan</span><span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">g muncul dan itu 'tidak-cukup-membuat-saya-</span><wbr style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"></wbr><span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;">sedih', tapi ada mereka</span><span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px;">. Ya, mereka. Mereka yang begitu perhatiannya kepada saya entah itu setelah tahu atau sebelum mereka tahu konflik yg melibatkan saya. Mereka yang terbawa emosi, bahkan lebih emosional dari saya, membela saya.</span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;">Terkadang karena itulah saya hanya bisa terlihat baik-baik saja bahkan rasa humor saya meningkat di saat saya 'bermasalah'. Cenderung tidak menceritakan semuanya dan memang tidak nyaman rasanya melibatkan mereka atas apa yang benar- benar saya rasakan. Karena apa yang saya alami akan mudah saya lupakan jika bersama mereka sementara mereka masih terbawa emosi. Terlebih saya cenderung mengambil keputusan yang tidak favorit. Inilah yang membuat saya sedih atas masalah yang menimpa saya, tidak ada yang mendukung pilihan saya :(</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></div>
<br />
<div>
<div style="text-align: -webkit-auto;">
<span class="Apple-style-span"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjya6wauWuhGqTb6rC9z6qNWDM4hxucx0V8oG5ga1yOhd4Z5Bb1bMXU9wQtakJ1LQg0E0FypjMK6sg8Xp6GTE-VN3Qwm5CKD-WAfpetjKmy4OGm_8wk2eem3OOhwiXxag-u1HVB3kFoaGRe/s320/382754_2300162194729_1569391438_31960758_2056847819_n.jpg" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5688244870419620274" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; cursor: pointer; display: block; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; height: 212px; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; width: 320px;" /></div>
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>HmI Komisariat Kedokteran Unhas dan kawan-kawan setelah resepsi, salah satu 'mereka' bagi saya :D</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;">Beberapa saat lalu saya dituduh tidak sayang keluarga, jarang berkumpul dengan sahabat-sahabat saya, sibuk dengan urusan ini-itu. Mungkin mereka salah mengerti, justru sayalah yang sangat merindukan mereka. Tidak mengucapkan, bukan berarti saya tidak sayang. Tidak protes, bukan berarti saya tidak cemburu. Dan diamnya saya justru adalah bentuk ketidaksukaan saya tingkat tinggi. Saya berusaha untuk selalu ada untuk kalian. Terima kasih untuk menyayangi saya sebagai mana saya apa adanya. Itu yang disebut romantis :*</span></div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: rgba(255, 255, 255, 0.917969); color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; text-align: -webkit-auto;"><br /></span></div>
Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-54127468173015211392011-11-28T22:46:00.001+08:002011-11-28T22:50:32.418+08:00Sedikit Pembelaan untuk Okaru<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align: left;"><i style="text-align: justify; "></i></p><blockquote><i style="text-align: justify; ">Terkadang bukan pemeran utama dalam suatu kisah yang dapat mencuri perhatian Anda dalam membaca sebuah novel, namun sekedar pemain pendukung kisah tersebut.</i></blockquote><p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Saya suka membaca seperti saya malas membaca. Saya senang membaca suatu kisah yang pasti bagus dalam artian telah direkomendasikan oleh orang-orang sekitar saya. Walaupun terkadang ada juga hal yang membosankan, tapi saya tetap membacanya sampai saya menemukan cerita menarik dan membuat saya tenggelam dalam ceita itu. Sebut saja, Harry Potter series dan Twilight saga adalah contoh buku-buku yang saya baca karena sangat direkomendasikan oleh sahabat-sahabat saya. Perlu dikoreksi, mereka selalu mem”follow up” baik sengaja atau tidak sengaja apakah saya sudah membaca buku tersebut atau tidak. Seakan ada pesan yang mereka sampaikan lewat buku tersebut dan saya harus membacanya agar “nyambung” dengan mereka. Syukurlah buku-buku yang mereka rekomendasikan selalu menjadi box office, sehingga saya yang penggemar nonton film ini justru merasa tertolong telah membaca novelnya sebelum menonton.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Banyak karakter yang menarik dalam setiap novel, namun terkadang bukan tokoh utama yang menarik perhatian pembaca. Misalnya saja Jacob dalam twilight saga yang mampu mengkalutkan hati pembaca yang terkadang merasa menjadi Bella yang bingung harus setia pada Edward atau tidak. Dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja kita menjadi tokoh utama dalam hidup kita. Namun di kehidupan orang lain? Apakah kita hanya kebagian peran menjadi seorang Jacob Black dalam kehidupan Bella Swan?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Beberapa bulan lalu, saya termakan janji untuk membaca suatu novel lama yang tidak pernah saya lihat di took buku sebelumnya, Kisah 47 Ronin. Saya mendapatkan file pdf dari novel ini dari seorang senior dan dengan bodohnya saya terlanjur mengiyakan untuk membacanya. Awalnya, saya hanya membaca buku ini sedikit-sedikit. Hanya dua bab awal dan saya sudah muak dengan tata bahasa jepang yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang lumayan kaku. Terlebih saya membacanya di laptop dan artinya saya tidak lama-lama membacanya karena kesibukan dan mata saya yang sering perih bila berlama-lama di depan layar laptop.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Janji tetaplah janji. Berhubung saya sudah bosan ditanyai soal perkembangan membaca buku tersebut dan saya sedang libur, akhirnya saya memprint file tersebut setengahnya lalu setengah lagi ketika saya sudah selesai membaca hasil print awal. Buku itu bercerita tentang kesetiaan para Ronin terhadap majikannya. Mereka rela mengorbankan apapun demi membalas dendam kematian majikannya. Bahkan sampai ada yang rela bercerai dengan istrinya demi fokus dan meindungi istrinya dari hukuman yang mungkin ditimpankan kepada keluarga ronin yang memberontak. Cerita yang sungguh tidak romatis.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Bagian yang membuat saya tertarik dari novel itu adalah bagian pasca Oishi, ronin yang meceraikan isrinya tadi, mencelupkan dirinya dengan kehidupan geisha, ke dalam kehidupan Okaru sang geisha cantik yang memikat hatinya sejak pandangan pertama. Semua itu agar menyamarkan misi balas dendam mereka. Sebagai wanita (mendramatisir, ya, anggap saja saja mengerti perasaan seperti wanita) saya sangat sedih ketika Oishi terpakasa menceraikan dan memulangkan istri dan anaknya ke rumah mertuanya demi melindungi sisa keluarganya tersebut. Tapi tentu saja, emosi itu meluap ketika Oishi mulai mabuk-mabukan dan Okaru hadir dalam keidupan Oishi untuk mengobati kerapuhan Oishi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Pada akhirnya Oishi meninggalkan Okaru ketika misinya sudah tersamar. Misinya berhasil dan ia dihukum harus melakukan “<i>seppuku</i>”. Sesaat senbelum kematiannya ia mengenang orang-orang yang ia cintai termasuk Okaru. Singkatnya, saya mengambil kesimpulan bahwa Oishi telah benar-benar tidak mengontrol perasaannya ketika menjalankan ide gilanya untuk menyamarkan misi utamanya. Hatinya entah itu hanya sedikit atau cukup banyak telah diisi oleh Okaru meskipun Oishi jelas mencintai dan bersyukur atas segala hal yang telah ia lewati bersama istrinya dulu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ketika beberapa bualn lalu saya ditanya mengenai apa yang saya pesan yang saya dapat dari buku ini, saya menceritakan kekesalan saya atas Oishi yang “womanizer”. Awalnya, saya menganggap buku ini adalah pelegalan atas perselingkuhan. Ya, saya memang sangat naïf. Meskipun saya sudah membaca bahwa di bab mengenai Okaru jelas jelas Oishi telah menceraikan istrinya, saya tetap merasa Oishi telah beselingkuh. Saya rasa ini tidak adil bagi istrinya, diceraikan dengan alasan ingin fokus dan mau melindungi keluarga mereka namun ternyata sang suami sempat terlibat cinta dengan sang geisha. Meskipun saya telah dijelaskan bahwa Okaru adalah orang baik dan pada dasarnya itu hanya sebuah taktik, saya tetap membenci Okaru dan menganggap Oishi tidak adil. Apakah kalau Okaru adalah orang baik maka itu akan mengurangi rasa sakit hatinya bahwa hati suaminya juga telah dimiliki Okaru?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Namun malam ini secara random saya teringat kembali kisah itu. Bagaimana ternyata saya terlalu fokus pada satu sisi saja? Bagaimana kalau saya salah menerjemahkan maksud penulisnya keika ia menceritakan Okaru? Bagaimana ternyata saya salah menegenali Okaru? Setiap wanita tidak ingin menjadi orang ketiga dan ketika dia menjadi orang ketiga, apakah dia salah? Apakah dia menginginkannya? Apakah dia tidak berhak untuk dibela? Apakah dia juga tidak sakit hati ketika sekelilingnya menceritakan tentang istri dan segala masa lalu keluarga Oishi?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Malam ini saya bersyukur telah memaafkan Okaru yang saya benci saat itu. Terlalu egois bila menyalahkannya. Mungkin seperti yang pendapat orang : “Soal Okaru itu mungkin karena bablas, just by accident”. Jujur saja, saya didik dalam keluarga yang menjunjung tinggi komitmen dan kesetiaan dalam berhubungan dengan siapa saja, baik itu keluarga, sahabat maupun dalam menjalankan organisasi dan tentu saja saya dulu cenderung memihak istri Oishi dan sekarang pun tidak berarti saya berbalik tidak mengasihinya. Beberapa bulan lalu, saya menyalahkan Oishi dan Okaru untuk insiden mereka dan menganggap bab-bab kebersamaan mereka merusak keseluruhan buku itu. Namun saat ini, saya melihat masalah ini dengan sedikit berbeda.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"></p><blockquote> <i>Kita tidak tahu kita telah membuat orang sedih ataupun kecewa atas kebahagiaan yang kita rasakan sekarang, namun semoga kita semua mendapatkan kisah dan akhir yang bahagia.</i></blockquote><i><o:p></o:p></i><p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;"> Makassar, 28 november 2011 2:11AM –saatnya tidur ! :D</p>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-86040635209814175962011-05-06T01:29:00.004+08:002011-05-06T01:33:59.024+08:00Selamat Malam, Sahabat-Sahabatku :)<div style="text-align: justify;">Selamat Malam, Sahabat-sahabatku. Seperti yang kita sadari bersama, kita sedang berkonflik. Lalu mengapa kalian mempertanyakan apa itu konflik? Dengan iseng, saya akan menjawab mengenai definisi konflik yang saya dapatkan dari hasil 'browsing' lewat handphone.<br /><blockquote><br />Menurut Killman <span class="yshortcuts" id="lw_1304616338_0">dan Thomas</span> (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja</blockquote><br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Nah, ternyata kita sedang ada di tahap ke-4 konflik yaitu Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior). Definisinya adalah upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku. Masih belum mau jujur terhadap perasaan masing-masing? Padahal sudah jelas manifestasinya : kita sudah tidak saling melempar komentar seperti (˘⌣˘)ε˘`) dsb.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Setelah saya tahu kenyataan yg ada, saya memutuskan tidak akan memaksakan lagi menyambungkan ini-itu lagi. Rasanya sudah lelah tidak dipercaya atau dicurigai maupun jika ada yg merasa sebaliknya. Tapi, saya tetap menyayangi semuanya secara utuh, masing-masing pribadi. Kalau ada salahku, saya minta maaf. Saya harap tidak ada lagi yg merasa disakiti maupun tersakiti. <span style="border-bottom: 2px dotted rgb(54, 99, 136); cursor: pointer;" class="yshortcuts" id="lw_1304616338_1">Maaf</span> bila saya ngelantur malam ini, kebetulan lagi demam, maklum. :D</div>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-40543781892086055162011-04-27T21:23:00.006+08:002011-04-28T00:20:18.380+08:00Tambah Ilmu Selagi Muda<div style="text-align: justify;">Pelatihan, pelatihan, dan pelatihan. Waktu masih maba dulu, saya sangat malas berhubungan dengan yang namanya pelatihan. Awalnya sih, malas ikut pelatihan atau yang akrab disapa 'pengkaderan'. Sederhana saja, saya merasa sudah cukup muak berorganisasi semasa SMA dan targetan saya ke depan ialah akademik, bukan organisasi. Tapi saya cuma bisa berencana, dan Allah punya rencana lain. Yup, sekali lagi saya 'terjerumus', hehehe.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Beberapa hari belakangan ini, saya baru saja mengkuti "Latihan Kader Kesehatan Nasional" oleh Bakornas LKMI HmI. Kebetulan Makassar jadi tuan rumah untuk pelatihan kali ini. Sebenarnya saya sempat bimbang mau ikut apa tidak, terlebih karena sehari setelah kegiatan diadakan ujian final sistem Urogenital. Dengan campuran rasa ingin menambah ilmu, menambah teman, tanggung jawab karena sudah janjian ikut sama Resty dan arahan senior, akhirnya saya ikut juga. Alhamdulillah, menyenangkan. Setidaknya saya bahagia selama kegiatan ini (dilihat dari seberapa sering saya loncat-loncat kecil, hehehehe).<br /></div><br /><br /><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgIlGHq4TsJYxTo6k0eE9ublwheKEBThkCf5g1b55SEgZAy0BWVSYlSrj9sFkulG887G7kximrXZkTqNh15tLCvJLxfgVE8WoHyHcAdtkGj2qzeZXbEpg11Ju4UzGKK5Ka75jaKC0yx4SU/s1600/IMG_1918.JPG"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgIlGHq4TsJYxTo6k0eE9ublwheKEBThkCf5g1b55SEgZAy0BWVSYlSrj9sFkulG887G7kximrXZkTqNh15tLCvJLxfgVE8WoHyHcAdtkGj2qzeZXbEpg11Ju4UzGKK5Ka75jaKC0yx4SU/s320/IMG_1918.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5600279931819728882" border="0" /></a>LK Kes Nas Perdana dan dilaksanakan di Pusat Diklat Perindustrian, Makassar :D<br /><br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain bertemu dengan teman-teman dari cabang LKMI HmI lain (Padang, Jakarta Raya, Depok, Ciputat, Manado) maupun teman secabang (yang dulunya tidak saling kenal menjadi akrab), saya juga berkesempatan menjalin silahturahmi dengan pengurus bakornas yang sebagian adalah senior-senior di komisariat. Ada beberapa senior yang 'mudik' dari jakarta karena mengurus kegiatan ini, seperti kakak-kakak pejuang baksosnas yaitu kak Ardi, kak Ukki, kak Uchie, dan kak Halik alias kak Hatam yang akhirnya bisa bertemu langsung setelah lebih dulu lomba cerdas cermat ria lewat bbm. Sekalai lagi dan tentu saja saya tetap jadi objek adik-tertindas mereka, hahaha.<br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah pelatihan yang lumayan melelahkan, kita sempat rekreasi alias jalan-jalan bersama. Mulanya rekreasi di Bantimurung, lalu jamuan makan di rumah kak Halik, menemani teman-teman peserta lain berbelanja di Jl. Somba Opu, dan menghabiskan malam di anjungan pantai Losari. Di Anjungan pantai Losari, kita sempat naik bebek-bebek (akhirnya rasa penasaran saya terhadap bebek-bebek anjungan terjawab, hehehehe), dikerumuni adik-adik pengemis yang sedikit maksa, menonton pengamen yang punya gala ala anak-anak distro, dan tentunya berfoto-foto ria.<br /><br /><div style="text-align: center;"><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;">Awalnya saya kira acara rekreasi cuma sebentar cuma sebentar, makanya saya menculik Surya dan Mula untuk mengantar Saya, Resty, dan Kak Akbar yang menyusul karena urusan kuliah dan ujian. Ternyata sampai malam, bahkan mereka masih melanjutkan acara sampai tengah malam setelah saya diantar pulang. Ironisnya, kak Upik sampai kira hapenya hilang, padahal tadi hapenya sudah Saya dan Resty titipkan ke Akbar supaya diserahkan ke Kak Upik sebelum kita menyusul ke Bantimurung. Rupanya, pas sudah di maros, kak Akbar baru ingat soal amanah tadi. JAdilah sepanjang perjalanan di rekreasi Saya, Resty, Mula dan Surya menindas kak Akbar yang keburu takut 'dihabisi' sama kak Upik, hahahaha.<br /></div><br /></div><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWnx5kZwBs0QBYQjLLEGa7JjXu1h2hcvaw6qWJ9lzOMEX9v8l9hlJyqt45DO3DU23QthDUSmCMg-rRjdAMpayCTvYeuGqd9aveyeUzyhqcTEYB0nzU6j5ykMTLQ_5fRcHcSj2dn11Rl2-M/s1600/IMG_2070.JPG"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWnx5kZwBs0QBYQjLLEGa7JjXu1h2hcvaw6qWJ9lzOMEX9v8l9hlJyqt45DO3DU23QthDUSmCMg-rRjdAMpayCTvYeuGqd9aveyeUzyhqcTEYB0nzU6j5ykMTLQ_5fRcHcSj2dn11Rl2-M/s320/IMG_2070.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5600283814124767042" border="0" /></a>Jalan-jalan sampai malam :D<br /><br /><br /></div>Mengikuti pelatihan seperti ini memang menyenangkan tapi tentu saja tetap membawa beban amanah untuk diaktualisasikan di kehidupan nyata. Bukankah kita latihan supaya ketika 'ujian' bisa sukses? Selagi muda, tidak ada salahnya menimba ilmu. Sudah tua pun, pelatihan masih tersedia buat kita misalkan petihan kepemimpinan untuk PNS seperti yang sekarang Papa ikuti selama hampir 2 bulan ini. Yah, kalau sudah terbiasa sejak muda pasti akan lebih santai dan bisa mengikuti ritme dan tahu cara 'kalasi', hehehe. Iman Ilmu Amal Padu Mengabdi, Yakin Usaha Sampai :)<br /></div>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-89137117487790772892011-04-09T20:57:00.006+08:002011-04-10T17:59:14.990+08:00Pilihan dan Memilih<div style="text-align: justify;">Sebenarnya, malam ini saya tidak punya niatan untuk nge-posting di blog malam ini. Tadi saya tidak sengaja log in di laptop yang selalu terkoneksi dengan internet dan akhirnya banyak chat yang masuk dengan suksesnya. Salah satunya adalah chat dari seniorku yang galau akan pilihan hatinya. Dia sedang dihadapkan dengan kebimbangan perasaan dan pilihannta terhadap beberapa wanita yang ada di hidupnya sekarang dan beberapa kali dia condong ke wanita yang satu lalu ke wanita lainnya. Sebagai seorang wanita, tentu saja saya tidak setuju dengan sikapnya yang seperti ini. Tanpa tersadar saya mengetik saran yang sebenarnya justru untuk saya sendiri.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Allah dengan Maha Pemurahnya memberikan kita pilihan-pilihan dalam hidup kita termasuk dalam hal perasaan. Manusia hidup dengan MEMILIH SATU belahan jiwa dan menjalani satu pilihan untuk kemudian bersama dengan pilihan tadi memilih pilihan pada kasus lain. Misalnya XX memilih memberikan hatinya pada YY dan kemudian menjalani hari dengan YY untuk memilih pilihan lain pada hidupnya (pekerjaan, karir, keluarga, maupun pilhan untuk tetap bersama dengan YY diantara masalah yang ada). Manusia tidak bisa terus-terusan bimbang akan pilihannya lalu berharap pilihan itu terus ada. Konsekuensi dari sikap bimbang adalah pilihan-pilihan tersebut akan tambah memusingkan dan tiba-tiba pilihan-pilihan itu hilang satu persatu. Waktu terus berjalan dan pilihan-pilihan itu punya masa "expired". Kira-kira inilah yang tadi saya ketik.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Setelah mengetik kata "expired", saya baru sadar sepertinya saran ini juga sangat 'klik' dengan saya. Saya jadi teringat kata-kata Putri bahwa sebenarnya apa yang kita butuhkan untuk solusi masalah kita ada di diri kita sendiri (Allah telah memberikannya). Ketika kita 'curhat', cenderung kita hanya ingin meringankan perasaan hati dengan berbagi dan mendengarkan saran dari teman yang sesuai dengan jawaban hati kita sendiri tadi. Kali ini, saya menemukan sindiran untuk saya dalam saran saya terhadap masalah orang lain. Ya, ya, ya. Tanpa disadari saya telah melakukan apa yang saya tidak sukai, menjadikan perasaan orang lain pilihan-pilihan.<br /><br />Banyak hal yan ingin saya pelajari saat ini. Bagi saya, kita harus bergerak ke arah positif demi yang kita tuju. Saya ingin belajar dan mahir memasak menu-menu yang lebih rumit. Saya ingin belajar demi pendidikan saya. Saya ingin belajar berenang demi banyak hal. Saya ingin belajar menabung supaya saya tidak terlena dengan fasilitas dari orang tua saya dengan menghamburkan uang. Ya, saya masih ingin memperbaiki diri dan menunggu pilihan-pilihan lain berguguran dan tersisa satu yang saya tuju. Yakin Usaha Sampai :)<br /><br /></div>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3661920047840783039.post-43341540356056820492011-04-04T23:23:00.006+08:002011-04-09T22:44:51.325+08:00Selepas Acara<div style="text-align: justify;">Tidak terasa minggu depan sudah Mid Test "Sistem Urogenitalia" dan (yup) saya belum siap. Rasanya baru kemarin ujian final Respirasi, eh, sudah ujian lagi. Nasib.. Nasib.. Berbanding terbalik dengan kehidupanku yang dipenuhi rutinitas akademik, teman-teman seangkatan LKTM Ekonomi -ku (PROVOCATE) malah lagi sedang sibuk pemilu raya. Yah, lumayan banyak diantara anggota PROVOCATE yang ikut sebagai calon ketua himpunan dan ketua senat. Wah, wah, wah. Memang selalu ada cerita lanjutan selepas acara. Semoga berhasil, guys!<br /><br /></div><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-z-P8eJQkdCoN2lvMhv9EeCjxnw2baQL4Wl5WU2KRyjdJ5PauizdhyphenhyphenzHCVxv8IW64T79AqwyinuqDrVPPjBUHdEyB1QLLjpSJqtfUxdM-tUVaKFjSfqeemLy-fUE6lgJdqCoRFo71gOs5/s1600/provocate-lktmekonomi.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 346px; height: 230px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-z-P8eJQkdCoN2lvMhv9EeCjxnw2baQL4Wl5WU2KRyjdJ5PauizdhyphenhyphenzHCVxv8IW64T79AqwyinuqDrVPPjBUHdEyB1QLLjpSJqtfUxdM-tUVaKFjSfqeemLy-fUE6lgJdqCoRFo71gOs5/s320/provocate-lktmekonomi.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5593594009606228418" border="0" /></a><div style="text-align: justify;"><br /><div style="text-align: center;">Provocate :: peserta Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. :D<br /><br /></div><br />Bagaimana dengan pemilu raya di KEMA FK Unhas? Yup, sejauh ini belum ada calon 'pasti' alias calon yang betul-betul menyatakan bercita-cita menguatkan KEMA dengan cara menjadi Ketua BEM. Belum ada calon dan kubu sejauh ini. Tapi tim pendahulu Pemilu Raya sudah terbentuk dan angket sepertinya sudah akan disebar. Begitupun dengan SINOVIA yang rencananya mau mengangkat topik ini di buletin magang. Sepertinya isu pemilu raya sudah semakin dekat dan mulai mencair dari bekuannya.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br />Sejauh ini, situasi masih tenang, aman dan terkendali. Semua badan khusus sedang menjalankan perekrutan dan belum ada tanda-tanda keberpihakan atau pembuatan kubu. SINOVIA masih menjalankan magang sehingga bilik kecil ramai dikunjungi. Berbeda dengan tahun lalu saat saya masih magang, permainan yang sedang populer dimainkan di bilik bukan uno kartu lagi melainkan uno balok. Intinya tetap, UNOVIA, hahaha.<br /><br />Yup, saya sedikit insomnia malam ini. Banyak hal lucu nan ajaib yang saya tonton dari layar datar begitupun dengan hal agak serus. Malam ini saya dapat sms tentang sebuah quote di film "A Walk to Remember". Masih ingat film ini? Yup, film cerita cinta si gadis penderita leukimia dan preman insaf itu (lho? kok serasa FTV Indonesia). <blockquote>Love is always patient and kind. It is never jealous. Love is never boastful or conceited. It is never rude or selfish. It does not take offense and is not resentful.</blockquote>Sebagai orang yang tidak begitu mengerti falsafah cinta atau apapun itu, Saya belum mengerti arti dalam untaian kata ini. Ada yang paham?<br /><br />Lalu malam ini ditutup dengan BBM salah alamat dari teman kecilku yang super galau di tengah malam ini. Isinya "Sayaaaaaaanggggg" . Rupanya dia salah BBM karena tidak pakai kacamata pas ngetik, hhahahaha. Malam-malam memang waktu yang tepat buat galau (bagi yang berminat). Lihat saja, timeline twitter jadi sentimentil nan galau semua. Sepertinya akan ada tendensi bahwa orang begadang bukan karena insomnia tapi karena galau, hahahaha.<br /></div>Dini Anggreinihttp://www.blogger.com/profile/02942651132690923893noreply@blogger.com0