Rabu, 23 Februari 2011

Logika, Perasaan, Teori, dan Praktek

Terkadang, saya aneh mendengar pendapat beberapa orang yang berkata kepada saya "Kau orang yang berlogika ketimbang perasaan". Mereka membanding-bandingkan saya dengan wanita lain yang katanya memakai perasaan dalam bertindak. Salah satunya ialah membandingkan saya dengan Dede, sahabat saya sendiri. Ada yang bilang meskipun kami bersahabat, kami seperti dua sisi mata koin. Saya dengan sisi logika sementara Dede dengan sisi perasaan. Tulisan ini bukan tentang perbandingan saya dan Dede tapi tentang kesalahan pendapat orang-orang di sekeliling kami. Setidaknya dalam hal pemakaian dua sisi tersebut dalam memaknai cinta.
Saya adalah seorang yang minim dalam hal pengalaman/ praktek hubungan silahturahmi dua insan. Bila ada yang berkonsultasi alias curhat kepada saya tentang perasaan galau maupun kalut akan hubungannya, tentunya saya hanya bisa berteori secara logis. Sedangkan Dede adalah tipikal orang yang cukup dewasa di mataku dan sedikit banyak lebih berpengalaman di bidang kasih sayang daripada saya. Hal itulah yang membuat orang mencapnya sering memakai perasaan walaupun tidak sepenuhnya demikian.




Dede dan Dini @ Baksosnas HmI : Halmahera, 29 Januari 2011


Tentunya teori tanpa praktek sama saja dengan dongeng sebelum tidur. Semua terlihat sempurna namun susah diwujudkan. Dalam hal ini, selagi saya belum berpengalaman di bidang interaksi dua insan, saya belum bisa dikatakan pemakai logika dalam menghadapi permasalahan. Semua masih bisa berubah, bisa saja saya berubah dari si "batu" menjadi si "manja", hahaha. Apapun itu, semoga dua sisi koin dapat hidup rukun dan berbahagia dengan jalan yang halal #eh

3 komentar :

Nananini mengatakan...

hello,
thanks for saying my name :*

saya yakin semua orang itu punya sisi sifat yang bermacam-macam, dan tentunya bisa dikombinasikan dengan sifat yang lainnya, bahkan bisa menciptakan karakter baru . dan itu dirimu. diri anda seniri.

tak usah peduli mereka bilang apa, mau menggunakan logika ataupun perasaan, toh sama-sama baik.

saya yakin dini anggreini adalah unyu unyu.
belajar banyak dari saya tentang unyu unyu .
dan saya akan belajar banyak dari anda , semuanya. :)

nanang mengatakan...

Kesadaran, kepekaan, keberanian berpikir, keluhuran jiwa serta kekuatan qalbu. Itulah sifat2 agung manusia yang ditemukan Ali Syariati dalam diri Ain al-Quzat. Saya rasa semua orang punya hal itu. Membatasi diri sendiri dalam pencarian sifat agung itu malah menjadikan Dini terfokus untuk memiliki satu saja, dua atau tidak sepenuhnya agung. Semua sifat itu ada pada dirimu, sayang kamu sulit untuk menemukannya.Bahkan saya rasa kamu menganggap keberanian berpikir bisa menutup kekuatan qalbu. Dan itu adalah hal yg salah menurutku.
Tuhanlah yg maha membolak balikkan hati. Yaa Muqallibal Qulub, tsabit Qalbi alaa Diinika, Ya mushariffal Qulub, Sharif qalbi alaa taatika. :)

Dini Anggreini mengatakan...

@dede dan nanang:
bah, sepakat! saya tidak ingin memarginalkan bahwa saya bersifat asam atau basa #eh, maksudku saya rasa setiap diri manusia terdapat banyak sifat tergantung yang mana yang paling diasah (berdasarakan pengalaman dan latar belakang) dan situasi yang terjadi saat itu. Yup, saya baru tahu apa yang saya percayai ada versi arabnya bahwa: Saya yakin hanya Allahlah yang dapat mebolak-balikkan hati. Dan saya hanya bisa berdoa seperti biasa "Ya Allah, berikan yang terbaik kepadaku, keluargaku, dan orang-orang yang kucintai" :*