Sabtu, 26 Juli 2014

Menyerah (?)

Dan disinilah dia, di kamar. Merenung. Terisak. Berlinangan air mata untuk hal yang sama meski pemeran utamanya berganti: putus harapan. Dia mengira rasanya akan beda atau sedikit lebih kebal bila pemeran utamanya berbeda. Ternyata tidak. Justru membawa rasa takut hal ini akan berakhir sama dengan cerita lalu. Ya, menyerah pada harapan.
Dulu rasanya seperti satu per satu orang yang dia sayangi direnggut dari sini. Sehingga merelakan ialah suatu keputusasaan akan hari dimana matahari bersinar cerah setelah badai berkepanjangan. Lalu tak lama, raganya seperti ada di tengah lautan luas. Tercebur dalam kegamangngan. Tapi tak lama ada cahaya yang menjadi penuntun untuk kembali menapak di tanah. Dan dia bahagia.
Kini sederhana rupanya tidak cukup lagi. Rasanya aneh bila mengatakan tidak ada yang salah tetapi situasi dan sikap telah berubah. Mengapa bisa terjadi? Sang cahaya mengatakan untuk beristirahat sejenak selagi menata kehidupan. Tak bisa masuk akalnya bagaimana bisa perasaan itu sekedar istirahat? Tidakkah sebelumnya sudah berniat untuk menata kehidupan secara bersama?
Malam ini semua kenangan manis terulang kembali. Rasanya tak mungkin baginya bisa menepis dan mulai fokus dengan hal lain. Semua kenangan itu terulang dan membuat hati ini semakin hancur. Seakan akan ada yang segera mengatakan: "menyerahlah".



Tidak ada komentar :